Sabtu, 30 Januari 2016

Kuat, Bukti-bukti Kasus Kopi Maut Mirna

 JAKARTA - Salah satu alat bukti yang dimiliki penyidik Polda Metro Jaya dalam menjerat Jesica Kumala Wongso adalah rekaman circuit colosed television (CCTV). Dalam rekaman tersebut, Jessica dua kali memindahkan gelas kopi Wayan Mirna Salihin.

Komisioner Komisi Kepolisian Nasional Edi Saputra Hasibuan mengungkapkan hal itu usai menegok Jessica di ruang penyidik Polda Metro Jaya, Sabtu (30/1/2017).

Edi menengok Jessica untuk memastikan tak ada kekerasan dalam penyidikan. "Intinya sejauh yang kami lihat dan tanyakan perkembangan penyidikan, semua alat bukti sudah kuat," ujarnya.

Apalagi adanya alat bukti rekaman CCTV yang makin memperkuat. Edi menerangkan ada beberapa adegan visual yang menjelaskan keterlibatan Jessica atas perkara pembunuhan Mirna.

"Pertama, Jessica terlihat dua kali memindahkan posisi gelas kopi itu dari posisi awal yang diletakan pramusaji, ke arah dia lalu ke arah kursi yang akan ditempati Mirna," tuturnya.

Jessica juga terlihat mengambil sesuatu dari dalam tasnya, namun tidak melakukan pergerakan apapun, seperti menyentuh gelas tersebut.  Setelah semua gerakan itu dilakukan barulah Mirna dan Hani datang.

Sumber:
http://metro.sindonews.com/read/1081566/170/kuat-bukti-bukti-kasus-kopi-maut-mirna-1454217862

Pria Ini Tewas Gantung Diri di Pohon Jengkol

BENGKULU - WO (36) Warga Kecamatan Ipuh, Kabupaten Mukomuko berjenis kelamin laki-laki, ditemukan tewas tergantung di pohon jenggol, di Desa Tirta Mulya, Kecamatan Ipuh, Kabupaten Mukomuko, Minggu (31/1/2016).
“Korban diduga bunuh diri karena ada persoalan keluarga,” kata Danramil 0423-02 Ipuh Kapten Inf Yon Anison, Minggu (31/1/2016).
Informasi yang dihimpun Okezone, korban tewas di kebun milik Sudio yang memiliki pohon jengkol dengan ketinggian sekira 5 meter. Dari lokasi itu, juga ditemukan obat penghilang sakit kepala dan minuman bersoda.
Saat ini jenazah korban sudah dievakuasi dan telah disemayamkan di rumah duka, yang selanjutnya akan di kebumikan di tempat pemakaman umum (TPU) desa setempat.

sumber: http://news.okezone.com/read/2016/01/31/340/1301314/pria-ini-tewas-gantung-diri-di-pohon-jengkol 

Sabtu, 18 Juni 2011

Sejarah Singkat dan Asal Mula Lahirnya Bulukumba

SEJARAH

Mitologi penamaan “Bulukumba“, memiliki banyak versi, salah satunya adalah konon bersumber dari bahasa Konjo (Suku Konjo, Suku Asli Penduduk Bulukumba) yaitu “Bulukumpa” yang dalam bahasa Indonesia berarti “masih gunung milik saya atau tetap gunung milik saya“. Nama ini ini di gunakan pertama kali oleh salah satu AMMA TOWA yang ketika beliu berdiri di “JOJJOLO“(salah satu wilayah adat Gellarang JOJJOLO) beliau ditanya tentang keberadaan salah satu bukit yang berada dalam wilayah Desa Bonto Mangiring hari ini, yang mana beliau mengatakan „BULUKUUMPA“bahwa wilayah itu masih menjadi wilayah dari kekuasaan AMMATOA , bahkan menjadi salah satu nama kecamatan di Bulukumba yaitu kecamatan BULUKUMPA.
Sejarah yang lain tentang Mitologi penamaan “Bulukumba“, konon bersumber dari dua kata dalam bahasa Bugis yaitu “Buluku“ dan “Mupa” yang dalam bahasa Indonesia berarti “masih gunung milik saya atau tetap gunung milik saya“. Mitos ini pertama kali muncul pada abad ke – 17 Masehi ketika terjadi perang saudara antara dua kerajaan besar di Sulawesi yaitu kerajaan Gowa dan kerajaan Bone. Di pesisir pantai yang bernama “tanahkongkong“, disitulah utusan Raja Gowa dan Raja Bone bertemu, mereka berunding secara damai dan menetapkan batas wilayah pengaruh kerajaan masing-masing. “Bangkeng Buki”, yang merupakan barisan lereng bukit dari Gunung Lompo Battang diklaim oleh pihak kerajaan Gowa sebagai batas wilayah kekuasaannya mulai dari Kindang sampai ke wilayah bagian timur. Namun pihak kerajaan Bone berkeras mempertahankan Bangkeng Buki sebagai wilayah kekuasaannya mulai dari barat sampai ke selatan. Berawal dari peristiwa tersebut kemudian tercetuslah kalimat dalam bahasa Bugis “Bulukumupa”, yang kemudian pada tingkatan dialeg tertentu mengalami perubahan proses bunyi menjadi “Bulukumba”
Sejarah yang lain tentang  penamaan “Bulukumba“, konon masih bersumber dari dua kata dalam bahasa Bugis yaitu “Buluku“ dan “Mupa” yang dalam bahasa Indonesia berarti “masih gunung milik saya atau tetap gunung milik saya“. Mitos ini pertama kali muncul pada abad ke – 16 Masehi ketika terjadi perang saudara antara dua kerajaan besar di Sulawesi yaitu kerajaan Gowa dan kerajaan Bone. Dan di batas Bukit yang bernama Karampuang Raja Bone masih mengklaim bahwa bukit Karampuan ( Wilayah ini didekat perbatasan Kab. Bulukumba dan Kab. Sinjai mengklaim masih Bukitnya, yang merupakan barisan lereng bukit dari Gunung Lompo Battang,oleh pihak kerajaan Gowa sebagai batas wilayah kekuasaannya. Namun pihak kerajaan Bone berkeras mempertahankan sebagai wilayah kekuasaannya mulai dari barat sampai ke selatan. Berawal dari peristiwa tersebut kemudian tercetuslah kalimat dalam bahasa Bugis “Bulukumupa”, yang kemudian pada tingkatan dialeg tertentu mengalami perubahan proses bunyi menjadi “Bulukumba”

Sejarah diatas memang perlu dikaji kembali, akan tetapi salah satu bukti pendukung ini adalah bahwa jauh sebelum pemekaran desa Bulo-bulo menjadi desa Salassa’e dan pemekaran desa Salassa’e menjadi Desa Bonto Mangiring di salah satu dusunnya ada dusun yang bernama dusun Bulukumpa. Dan didesa ini memiliki situs yang disebut BATU TUJUA ( tempat Pelantikan para raja yang akan berkuasa). Sejarah ini membantah tentang penamaan Bulukumba yang lain yang sesungguhnya jauh dari Dominasi Kerajjan Bone atau Kerajaan Gowa. Konon sejak itulah nama Bulukumba mulai ada, dan hingga saat ini resmi menjadi sebuah kabupaten. ( Seharusnya kita memang mengkaji nama Bulukumba dari segi Historis dan keberadaan suatu tempat berdasarkan nama dan tempat, Untuk yang meyakini sejarah yang lain, mari kita bersama-sama melakukan kajian Ilmiah kembali...) 

Peresmian Bulukumba menjadi sebuah nama kabupaten dimulai dari terbitnya Undang-undang nomor 29 tahun 1959, tentang Pembentukan Daerah-daerah Tingkat II di Sulawesi, yang ditindaklanjuti dengan Peraturan Daerah Kabupaten Bulukumba nomor 5 tahun  1978, tentang Lambang Daerah. maka ditetapkanlah hari jadi Kabupaten Bulukumba, yaitu tanggal 4 Februari 1960 melalui Peraturan Daerah nomor 13 tahun 1994.

Secara yuridis formal Kabupaten Bulukumba resmi menjadi daerah tingkat II setelah ditetapkan Lambang Daerah Kabupaten Bulukumba oleh DPRD Kabupaten Bulukumba pada tanggal 4 Februari 1960 dan selajutnya dilakukan pelantikan Bupati Pertama yaitu Andi Patarai pada tanggal 12 Februari 1960.
 

Peta Bulukumba

LETAK GEOGRAFIS

Kabupaten Bulukumba terletak di bagian selatan dari jazirah Sulawesi Selatan dan berjarak 153 km dari Makassar (Ibukota Propinsi Sulawesi Selatan). Luas wilayah Kabupaten Bulukumba 1.154,67 km² atau 1,85% dari luas wilayah Provinsi Sulawesi Selatan.
Secara kewilayahan Kabupaten Bulukumba berada pada kondisi empat dimensi, yakni dataran tinggi pada kaki gunung Bawakaraeng – Lompobattang, dataran rendah, pantai dan laut lepas. Kabupaten Bulukumba terletak diantara 05º20´ - 05º40´ LS dan 119º58´ - 120º28´ BT dengan batas-batas sebagai berikut:
  •      Sebelah Utara      :  Kabupaten Sinjai
  •   Sebelah Timur     :  Teluk Bone danPulau Selayar
  •   Sebelah Selatan   :  Laut Flores
  •     Sebelah Barat      :  KabupatenBantaeng